Tiga Film Rekomendasi Tentang Representasi Gender Paling Populer: Imperfect, Mulan, dan KKN di Desa Penari
Dalam beberapa tahun terakhir, representasi gender dalam film semakin berkembang. Beberapa film tidak hanya menampilkan cerita menarik tetapi juga menggambarkan berbagai perspektif gender dengan cara yang mendalam dan realistis. Berikut adalah tiga film yang populer dan dianggap memiliki representasi gender yang kuat:
1. Imperfect (2019)
Film
yang disutradarai oleh Ernest Prakasa ini sukses besar di pasaran dengan lebih
dari 2,6 juta penonton. Imperfect mendapatkan banyak pujian karena menyajikan
isu standar kecantikan dan diskriminasi berbasis gender dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan latar belakang kehidupan seorang perempuan muda yang selalu
dibandingkan dengan standar kecantikan yang ditentukan masyarakat, film ini
memberikan sudut pandang baru dalam melihat perjuangan perempuan melawan stigma
sosial.
Film
ini menyoroti bagaimana tekanan sosial terhadap perempuan sering kali berkaitan
dengan penampilan fisik mereka. Tokoh utama, Rara (Jessica Mila), mengalami
diskriminasi dan tekanan karena tidak memenuhi standar kecantikan yang dianggap
ideal oleh masyarakat. Ia hidup di bawah bayang-bayang ekspektasi keluarga,
teman, dan lingkungan profesional yang sering kali menuntut perempuan untuk
selalu tampil sempurna.
Selain
Rara, film ini juga menampilkan tokoh lainnya seperti Lulu (Shareefa Daanish),
yang memperlihatkan perspektif lain tentang bagaimana masyarakat memperlakukan
perempuan yang tidak sesuai dengan stereotip kecantikan. Film ini juga
menampilkan perjuangan Rara dalam menerima dirinya sendiri serta menggambarkan
bahwa kecantikan tidak hanya sekadar fisik, tetapi juga tentang karakter,
kepercayaan diri, dan keberanian dalam melawan norma yang tidak adil. (Sumber:
Prakasa, 2019)
2. Mulan (2020)
Mulan
adalah film live-action produksi Disney yang diadaptasi dari legenda Tiongkok
tentang Hua Mulan. Film ini menjadi populer karena mengangkat tema pemberdayaan
perempuan dalam budaya yang cenderung patriarkal. Dengan latar kisah peperangan
dan perjuangan seorang perempuan di dunia yang didominasi laki-laki, Mulan
berhasil menarik perhatian global dan menjadi simbol feminisme modern.
Film
ini menyoroti perjuangan seorang perempuan dalam menentang norma gender yang
membatasi kebebasan dan peran sosialnya. Mulan, yang diperankan oleh Liu Yifei,
diceritakan menyamar sebagai laki-laki untuk menggantikan ayahnya yang sakit
dalam wajib militer. Keputusannya tersebut mencerminkan betapa sulitnya
perempuan untuk mendapatkan pengakuan di lingkungan yang didominasi laki-laki.
Sepanjang
film, Mulan menghadapi berbagai tantangan yang menguji keberanian, kecerdasan,
dan keterampilannya. Ia harus membuktikan bahwa perempuan memiliki kemampuan
yang setara dengan laki-laki dalam medan perang. Film ini juga menyoroti
bagaimana norma sosial sering kali menghambat perempuan untuk menunjukkan
potensi mereka yang sebenarnya. Selain itu, film ini mengangkat isu bahwa
perempuan tidak harus beradaptasi dengan standar maskulinitas untuk membuktikan
dirinya, melainkan dapat tetap kuat dengan keunikan dan kekuatan alami mereka
sendiri. (Sumber: Disney, 2020)
3. KKN di Desa Penari (2022)
Sebagai
salah satu film horor Indonesia terlaris dengan lebih dari 9 juta penonton, KKN
di Desa Penari tidak hanya menawarkan kisah mistis yang menegangkan tetapi juga
mengangkat isu gender dalam lingkungan patriarki tradisional. Dengan latar
cerita yang berakar pada legenda dan budaya lokal, film ini berhasil menarik
perhatian publik dan menjadi fenomena tersendiri di industri perfilman
Indonesia.
Dalam
film ini, karakter perempuan, terutama Nur (Tissa Biani), digambarkan sebagai
sosok yang harus menghadapi norma sosial yang mengekang perempuan dalam
lingkungan adat tertentu. Ia menjadi tokoh sentral yang menunjukkan bagaimana
perempuan sering kali harus berhadapan dengan aturan-aturan ketat yang
membatasi kebebasan mereka. Keberadaannya di desa tersebut pun menghadirkan
berbagai tantangan, termasuk bagaimana ia harus mempertahankan dirinya dari
ancaman yang muncul akibat budaya patriarki yang kuat.
Selain
itu, film ini juga menampilkan bagaimana kekuasaan dan otoritas dalam budaya
tertentu sering kali dikuasai oleh laki-laki, yang dalam beberapa kasus
mengarah pada eksploitasi dan ketidakadilan bagi perempuan. Karakter
Badarawuhi, sosok mistis dalam film ini, dapat dilihat sebagai representasi
simbolis dari perempuan yang telah ditekan dan akhirnya bangkit dalam bentuk
yang menakutkan. Film ini memberikan gambaran tentang bagaimana perempuan dalam
masyarakat tradisional sering kali harus menghadapi aturan ketat dan bagaimana
beberapa dari mereka berusaha untuk melawan atau beradaptasi dengan kondisi
tersebut.
Dengan
elemen horor yang kuat, KKN di Desa Penari juga menyampaikan kritik sosial
terhadap sistem patriarki dan bagaimana perempuan sering kali ditempatkan dalam
posisi yang rentan dalam budaya yang masih kental dengan norma-norma gender
yang membatasi kebebasan mereka. (Sumber: Awi Suryadi, 2022)
Ketiga
film ini menjadi contoh bagaimana representasi gender dalam film semakin
berkembang dan mampu menarik perhatian publik. Dengan narasi yang kuat dan
karakter yang beragam, film-film ini memberikan refleksi penting mengenai
bagaimana gender dipersepsikan dan diperlakukan di masyarakat. Tidak hanya
sebagai hiburan, film-film ini juga berfungsi sebagai media yang memperkenalkan
dan mendiskusikan isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
-
Anan Wardana
Tidak ada komentar: